Istilah Artificial Intelligence (AI)
sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Dalam Bahasa Indonesia, AI kerap
disebut dengan Kecerdasan Buatan. Melansir dari Technopedia. AI merupakan bidang yang menekankan penciptaan
mesin cerdas yang bekerja dan bereaksi seperti manusia. AI telah menjadi bagian
penting dari industri teknologi.
Keberadaan AI sebenarnya sudah ada
sejak lama dalam dunia teknologi, namun tak kasat mata. Istilah ini telah
dicetuskan oleh para ilmuwan matematika dunia pada awal abad 17. Namun, AI
mulai ramai-ramai terdengar dan mencuat tahun 1950 silam. Program AI pertama yang bekerja ditulis pada 1951
untuk menjalankan mesin Ferranti Mark I di University of Manchester (UK).
Saat
ini, dengan segala keterbatasan teknologi manusia, AI hanya baru bisa
berkembang pada tahapan pengolahan data, termasuk Big Data, untuk kemudian
melakukan tugas tertentu seperti yang dilakukan oleh Siri, Cortana, dan Google
Assistant. AI model ini disebut dengan narrow AI (atau weak AI), yakni AI yang
hanya dapat melakukan tugas-tugas yang terbatas. Namun demikian, teknologi ini
tidak berhenti di sini.
Ilmuwan
tersebut berupaya untuk mengembangkan AI hingga ke sebuah model yang disebut
dengan general AI (AGI atau strong AI). Sebuah model di mana AI dapat belajar
dan beradaptasi untuk kemudian melakukan hampir setiap tantangan ataupun tugas
yang membutuhkan kecerdasan manusia.
Waktu terus berjalan
dan perkembangan teknologi pun semakin terlihat. Oleh karena itu, AI
mulai dikembangkan dan dimanfaatkan lebih luas lagi, bahkan digunakan pada
sistem pertahanan sebuah negara. Pengembangan dan kemampuan AI telah terlihat
dari munculnya mobil tanpa pengemudi, asisten virtual, hingga chatbot yang
dapat mempelajari kebiasaan manusia.
Pada awalnya teknologi AI lebih banyak digunakan di
sektor industri teknologi informasi. Google, Facebook, Alibaba, dan Amazon
tercatat sebagai pengguna terbesar teknologi AI. Namun, saat ini penggunaan AI
sudah merambah ke sektor-sektor lainnya seperti manufaktur, keuangan, media,
tambang, transportasi, kesehatan, pertahanan, dan bahkan industri
hiburan. Menurut beberapa ilmuwan di dunia, di masa yang akan datang, AI
justru akan terus berkembang pesat dan tidak ada aspek kehidupan manusia
yang tidak tersentuh oleh AI.
Semakin berkembangnya AI, banyak yang
khawatir bahwa pekerjaan manusia akan semakin terkikis. Kekhawatiran itu tampak
dari ungkapan Stephen Hawking bahwa AI merupakan awal dari kepunahan ras
manusia. Pernyataan itu juga dibenarkan oleh Elon Musk. Ia merupakan salah satu
kritikus yang paling keras terhadap munculnya teknologi AI.
Petinggi
dan pemimpin teknologi dunia seperti Bill Gates dan Elon Musk diketahui sudah
beberapa kali mengingatkan tentang ancaman yang mungkin timbul akibat
pengembangan Artificial Intelligence (AI)
atau kecerdasan buatan. Ada kekhawatiran Artificial
Intelligence menjadi jauh lebih terampil dan cekatan di banyak bidang
daripada manusia. Kekhawatiran lain adalah masa depan pasca AI membuat sebagian
besar populasi pengangguran hidupnya sekadar ada. Pendapatan mereka hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, sementara orang-orang supertajir menguasai
dan mengoperasikan semua robot.
Prediksi terbaru PwC (PricewaterhouseCoopers, kantor jasa profesional
terbesar di dunia saat ini) mengemukakan Artificial
Intelligence akan menciptakan lapangan pekerjaan baru yang sama
banyak dengan pekerjaan yang dihilangkannya. Jika memperhatikan Inggris, PwC
mendapati benar bahwa robot akan menggantikan beberapa jenis pekerjaan,
terutama di sektor seperti transportasi dan pemanufakturan. AI akan
menggantikan 38 persen pekerjaan dan 30 persen pekerjaan di pabrik, demikian
menurut laporan lembaga tersebut.
Meskipun begitu, sektor-sektor lain akan menciptakan lapangan kerja lebih
besar berkat AI, sehingga nantinya terjadinya keseimbangan. Menurut prediksi
PwC, hanya 12 persen pekerjaan di bidang kesehatan akan digantikan AI, tapi
akan tercipta 34 persen pekerjaan baru.
Sumber